Mengapa Badan Wakaf Uang Sebaiknya Tidak Mendirikan dan Mengelola Bisnis? Bag 2

Sekarang sedang marak wakaf uang.

Wakaf uang adalah mewakafkan sejumlah uang ke Badan wakaf. Lalu badan wakaf itu akan mengelolanya.

Melanjutkan tulisan saya yang terdahulu. Badan wakaf uang dalam pengelolaan donasinya juga ada 2 Mazhab besarnya.

Pertama. Badan wakaf uang dari dana yang masuk mendirikan bisnis dan ikut serta sepenuhnya mengelola bisnis itu. Mendirikan perusahaan operasional

Kedua. Badan wakaf dari dana yang masuk bertindak sebagai investor. Menaruh dananya ke perusahaan yang sudah berjalan. Dengan prosentase yang kecil. 0,5 – 5 % bahkan lebih kecil dari itu.

Dia tidak mendirikan dan ikut ikutan mengelola perusahaan. Fokus ke penggalangan dana dan investasi. Bertindak seperti perusahaan investasi.

Dalam pengamatan saya, badan wakaf yang menggunakan Mazhab pertama akan kesulitan.

Kenapa? Karena mendirikan dan mengelola bisnis itu sangat sulit. Bila ada yang berkata bisnis itu mudah. Saya ingin ketemu orangnya.

Naluri aktivis sosial dengan pengusaha itu beda. Bila sangat pintar dalam berbisnis orang akan mendirikan perusahaan bukan badan wakaf.

Naluri ustad juga beda dengan entrepreneur. Jarang ada ustad yang pintar ilmu agama dan juga ahli bisnis.

Aktivis sosial yang mendirikan bisnis dari dana sumbangan cenderung akan gagal. Lalu untuk menutupi kegagalan itu akan pakai dana sumbangan lagi. Begitu seterusnya. Akhirnya tidak memberikan banyak manfaat ke masyarakat.

Bila sengaja mendirikan bisnis juga malah bisa menjadi pesaing buat donaturnya.

Mazhab kedua dalam pengamatan saya lebih cocok diterapkan. Fokus seperti Investment company.

Kumpulkan dana abadi lalu investasi ke perusahaan yang sudah jalan dengan prosentase kecil. Tidak ikut operasional perusahaan itu.

Dalam investasi yang utama adalah keamanan bukan keuntungan.

Karena itu jangan investasi di perusahaan yang baru berjalan. Harus investasi ke perusahaan atau bisnis yang sudah lama dan stabil berjalannya.

Dengan menjadi investor, badan wakaf tidak menjadi pesaing bisnis jamaahnya atau bisnis orang lain. Malah terbuka dengan banyak pilihan.

Jarang sekali orang yang punya kemampuan di sosial sekaligus di bisnis. Nalurinya beda. Pendekatannya beda.

Sayang bila dana umat habis hanya untuk menutupi kegagalan bisnis.